Kamis, 24 Mei 2012


Manusia Dan Harapan
Pengertian harapan
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, bearti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkunagn hidup, dan kemampuan masing-masing. Misalnya, Budi yang mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunya harapan untuk membeli mobil. Sorang yang mempunyai harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orang itu seperti pribahasa “Si pungguk merindukan bulan”
Berhasil atau tidaknya harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan.
Berbagai Kepercayaan Dan Usaha Meningkatkannya
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas:
1.Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa . Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
2.Kepercayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya terhadap kata hatinya,perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu percaya karena ucapannya.Misalnya orang yang berjanji sesuatu harus dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
3.Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pendanagn teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir.Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati. Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung diakruniai kewibawaan oelh Tuhan, sebab langsung dipilih oelh Tuhan pula (kerajaan)
Pangdangan demokratis mengaatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat,( kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak bearti. Orang mempunyai arti hanya dalam masyarakat, negara.Hanya negara sebagai keutuhan(totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu disebut negara totaliter, satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara, manusia perorangan tidak mepunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban(negara didaktor)
Jelaslah bagi kita , baik teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena Tuahn adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga negara percara kepada negara/pemerintah.
4.Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu samat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oelh Tuhan. Kepercayaan bearti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali peghubung yang mengalirkan daya kekuataannya. Oelh karena itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan konsekoensinya tiap-tiap uamt beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya .
Usaha itu bergantung kepada pribadi kondisi, situasi, dan lingkungan. Usaha itu diantara lain:
1.Meningkatkan ketaqwaan kita dnegan jalan meningkatkan ibadah
2.Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat
3.Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka menolong, dermawan, dan sebagainya
4.Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan
5.Menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar